Kesalah pahaman terhadap sebuah komunitas yang disebut dengan komunitas salafy melahirkan konsekuensi yang memberatkan umat dan negeri ini. Karena pihak yang menginginkan solusi dari problem-problem yang menimpa umat ini salah dalam mengidentifikasi problem maka yang akan muncul adalah kebijakan yang tidak tepat.
Bukan solusi yang di dapat, sebaliknya, permasalahan semakin rumit, korban semakin banyak, tenaga dan biaya yang dikeluarkan semakin banyak. Dan ahlul bathil yang ingin merusak negeri ini yang ingin merongrong persatuan dan kesatuan negeri ini semakin mendapat peluang.
Sebagaimana sudah sering dijelaskan oleh para asatidzah komunitas salafy, bahwa salafy seorang pribadi yang berkomitmen untuk menjalankan dan mengamalkan agama sesuai dengan bimbingan generasi salaf.
Siapa salaf? Salaf adalah generasi sahabat Nabi dan dua generasi berikutnya yang mengikuti jejak dan pola pikir sahabat dalam memahami dan mengamalkan Al-Qur'an dan sunnah Nabi shalallahu alaihi wa sallam.
Generasi ini yang dinyatakan oleh Nabi dalam sabdanya:
خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Yang pada kurunku yaitu yang hidup di zamanku, namun bukan sekedar hidup sezaman saja, namun dalam hal keimanan bersama nabi, siapa mereka? Mereka adalah para sahabat yang dikenal istilah dalam syariat ini ashaba (sahabat-sahabat Nabi).
Kemudian generasi berikutnya, yang mengikuti jejak sahabat yang meniti metode mereka di dalam beragama yang kemudian dikenal dengan generasi at-tabi'un atau at-tabi'in yang mereka adalah generasi yang belajar islam yang belajar memahami Al-Qur'an dan sunnah sekaligus cara pengamalannya kepada para sahabat nabi.
Kemudian generasi yang berikutnya, yang berjumpa dengan generasi tabi'in, belajar islam dari generasi tabi'in yang dikenal dengab tabi'ut tabi'in.
Maka dari itu dinamakan tabi'in atau tabi'ut tabi'in yang maknanya adalah mengikuti, dari kalimat taba'a fa huwa tabi'un orang mengikuti jejak sebelumnya.
Tabi'ut tabi'in pengikut generasi tabi'in yaitu generasi ketiga. Inilah yang dimaksud dengan generasi salaf (pendahulu umat).
Orang yang datang setelah mereka berkomitmen untuk mengikuti jejak mereka (para salaf) disebut salafy. Sebagaimana orang yang bermazhab dengan mazhab tertentu semisal mazhab imam Malik dinyatakan fulan maliki, kalau dia mengikuti mazhab Abu Hanifah dikatakan Hanafi, kalau mengikuti mazhab Imam Ahmad bin Hambal dinyatakan Hambaly dan seterusnya. Demikian juga orang yang mengikuti Mazhab imam syafi'i dikatakan fulan ini atau imam ini, ulama ini bermazhab syafi'i, seorang yang mengikuti jejak salaf yakni syafi'i, maliki, abu Hanifah bagian dari pada salaf, Maka orang tadi disebut salafy. Generasi salaf terkhusus para ashohabah (para sahabat nabi ridwanullah alaihi jami'an) generasi yang Rasulullah mengatakan:
"Senantiasa kebaikan akan berada ditengah-tengah kalian selama masih ada ditengah kalian orang atau generasi yang melihatku, jumpa denganku, dan beriman kepadaku yaitu generasi sahabat".
Kemudian dilanjutkan oleh nabi,
"senantiasa kebaikan itu akan ada di tengah kalian wahai ummat ini, kebaikan aqidahnya, lurus aqidahnya, kebaikan ibadahnya, benar ibadahnya , kebaikan negerinya selama ditengah-tengah kalian masih ada generasi yang melihat, berjumpa dengan sahabatku yang melihatku.
Kemudian ditekankan kembali,
"Dan senantiasa kebaikan-kebaikan itu berada ditengah kalian selama ditengah kalian masih di dapati, ditemui orang-orang yang melihat generasi yang melihat sahabatku yaitu generasi tabiut tabi'in".
Penting ini untuk disadari oleh semua pihak agar kita yang hidup sekarang ini ketika akan beragama, ketika akan beribadah, ketika akan berbicara tentang Al-Qur'an, ketika hendak menafsirkan ayat-ayat-Nya, ketika hendak memahami hadits-hadits Nabi-Nya di berbagai bidang agar hendaknya kita kembali bertanya dan mempelajari bagaimana tiga generasi ini terkhusus generasi sahabat di dalam mengamalkannya dan juga di dalam memahaminya.
Generasi sahabat, para sahabat nabi yang Rasulullah menyatakan dalam sabdanya,
وستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة، الناجية منها واحدة والباقون هلكى. قيل: ومن الناجية ؟ قال: أهل السنة والجماعة. قيل: وما السنة والجماعة؟ قال: ما انا عليه اليوم و أصحابه »
“dan umatku (kaum muslimin) akan bergolong-golong menjadi 73 golongan. Yang selamat dari padanya satu golongan dan yang lain celaka. Ditanyakan ’Siapakah yang selamat itu?’ Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menjawab, ‘Ahlusunnah wal Jama’ah’. Dan kemudian ditanyakan lagi, ‘apakah assunah wal jama’ah itu?’ Beliau menjawab, ‘Apa yang aku berada di atasnya, hari ini, dan beserta para sahabatku (diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan diamalkan beserta para sahabat)’ [ HR. Thabrani].
Apa faidah yang bisa diambil dari hadits ini?
Yaitu Nabi menjadikan cara beriman dan prinsip-prinsip para sahabatnya sebagai tolak ukur kebenaran, kelurusan, keabsahan aqidah, iman dan ibadah, orang-orang yang datang sesudahnya.
Di dalam ayat tersebut sekaligus ada perintah, bukan hanya sekedar khobar, bukan hanya sekedar info dari Nabi apa yang akan terjadi, tetapi sekaligus mengandung perintah agar kita mengembalikan urusan agama ini untuk meniru dan menjalani Islam ini sesuai dengan prinsip-prinsip dan cara mereka.
Ini (jawaban) kalau ada pertanyaan kenapa harus mengikuti jejak salaf?.
Di dalam Al-Qur'an Allah menyatakan:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa’: 115)
Di jelaskan oleh para ulama kita ,tentang siapakah itu sabilul mukminin pada ayat tersebut? antara lain disebutkan oleh al imam ibnu jamroh rahimahullah:
"Yang dimaksud sabilul mukminin yaitu sabilul shohabah dan mengikuti jalan selain jalannya kaum mukminin yaitu jalannya selain sahabat Nabi maka terancam dengan ancaman yang disebutkan dalam ayat ini (neraka jahannam)"
Sehingga karenanya setiap muslim memang di perintahkan oleh Allah untuk mengikuti jejak salaf, sehingga dengan kata lain setiap muslim memang di perintahkan oleh Allah dan Nabinya untuk menjadi salafy.
Jadi salafy itu bukan milik pribadi bukan milik sebuah pondok, bukan milik sebuah komunitas (namun) milik semua muslim.
Kemudian, sering muncul pertanyaan siapakah pemimpin kelompok salafy? Apakah salafy itu sebuah organisasi? Atau ormas?, atau lembaga? Maka kita menjawab, salafy itu bukan ormas, yang kemudian ada ketua umumnya. salafy bukan lembaga, salafy adalah seorang pribadi yang berkomitmen mengikuti jejak generasi salaf dalam berislam sebagaimana di perintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Siapapun bisa menjadi Salafy selama ia berkomitmen dengan komitmen tersebut.
Salafy bukan ormas, kalau begitu (apakah) salafy tidak punya yayasan?, kalau itu (masalah yayasan) berbeda (masalahnya) antara yayasan dengan ormas, salafy punya yayasan di masing-masing daerah karena memang ketentuan waliyul amr. Salafy punya yayasan di jakarta, di Bogor, di Bandung, di Jogja, di Semarang, di Cirebon, di Malang, di Gresik. Kenapa punya yayasan? Apakah yang tidak masuk (bergabung) yayasan tadi bukan Salafy? Tidak!, yayasan itu hanya sebatas ketentuan dari waliyul amr agar memudahkan pemerintah mengontrol kegiatan rakyatnya (sehingga) diharuskan adanya lembaga yayasan. Disitu ada ketuanya, ada pembinanya. Tidak ada masing-masing yayasan mengatakan, yayasan kami saja yang salafy, (sedangakan) yayasan yang lainnya bukan salafy, tidak, salafy punya pondok-pondok pesantren yang disitu ada pengajarnya, ada pembinanya di berbagai kota berbagai daerah mungkin sudah lebih dari seratus pondok pesantren dengan tingkatan yang berbeda-beda diseluruh Indonesia. Masing-masing pondok berupaya untuk belajar, mendidik, untuk tetap istiqomah di atas komitemnnya di atas jalannya salaf.
Jadi, salafy bukan ormas, (lalu) siapa pemimpin salafy di Indonesia? (Jawabannya adalah) Pemerintah, itu pemimpinnya Salafy. Apa kita (salafy) punya pemimpin yang lain? Tidak ada!, siapa pemimpinnya (salafy) yang sekarang?, ya (pemimpin salafy yang sekarang) adalah yang berkuasa saat ini yaitu Bapak presiden, waliyul amr yang wajib kita taati perintahnya dalam perkara yang ma'ruf, wajib kita menaatinya selama tidak bertentangan dengan syarita-Nya atau yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan sunnah.
Sehingga tidak akan muncul di tengah-tengah komunitas salafy sebuah kebijakan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah selama itu tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah, karenanya Salafy paling tidak repot jika hendak memasuki bulan romadhon tinggal nunggu saja sidang itsbat, bagaimana pemerintah menentukan dan mengumumkan masuknya bulan Romadhon, tidak ribut hanya tinggal menunggu waktu pengumumannya, walaupun sebagian teman-teman malakukan rukyatul hilal disebagian daerah itu hanya sebatas ingin menjalankan sunnah yang dihimbau oleh Nabi ketika memasuki bulan romadhon. Sebatas itu menjalankan dan mempertahankan sunnah ru'yatul hilal. Begitu juga ketika akan datang atau tiba idul fithri, komunitas salafy paling tenang, tidak ada komando dari pusat keputusan pusat mengatakan bahwa puasa romadhon di mulai hari rabu walaupun pemerintah memulai hari kamis. Barangsiapa yang tidak mengikuti (kebijakan) ini bukan salafy, di cabut KTA (Kartu Tanda Anggota) nya tidak ada (yang seperti ini). Karena memang pemimpinnya salafy di negeri ini adalah pemerintahnya, waliyul amr yang Allah nyatakan:
"wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah, taatilah Rasul dan ulil Amri di tengah kalian"
Yang Nabi juga mengatakan:
"Wajib atas kalian untuk mendengar dan taat kepada pemerintahnya"
Inilah komunitas salafy.
Salafy dalam menjalankan keyakinannya, aqidahnya memiliki prinsip-prinsip, banyak sekali dalam hal ini di bahas sehingga membutuhkan waktu yang luas dan panjang untuk membahasnya, tetapi disini saya (ustadz Luqman Ba'abduh hafizhahullah) ingin menyebutkan beberapa hal yang penting, contoh yang sudah sering di bahas, dalam majelis-majelis ta'lim komunitas salafy yang sudah sering di bahas dauroh-dauroh komunitas salafy sering disebutkan dalam karya tulis karya tulis komunitas salafy, majalahnya, buletinya atau yang lainnya. contohnya yaitu bahwa dalam memberikan masukan kepada pemerintah atau dalam tanda kutip kritikan dan nasihat untuk pemerintahnya disampaikan secara santun dan tertutup, disampaikan secara rahasia dan tidak terbuka di depan khalayak ramai di depan umum, tidak! Karena komunitas salafy menjalankan sunnah Nabinya dan prinsip salaf yang sering disebutkan dalil-dalilnya dalam berbagai kajian, antara lain:
"Barangsiapa yang memiliki nasihat untuk penguasanya, jangan ditampakkan secara terbuka hendaknya disampaikan secara tertutup"
Yakni disampaikan secara rahasia dan juga santun bahasa yang digunakan, ilmiyah, nasihat yang disampaikan berdasarkan fakta bukan qila wa qol (katanya-katanya) karena berdasarkan dalil, ilmiyah, santun dan tertutup.
Sehingga karenanya ternyata ada pihak-pihak yang mengaku dirinya salafy, mengklaim dirinya sebagai seorang salafy, atau komunitas salafy atau kelompoknya, pergerakannya atau ormasnya di atas prinsip-prinsip salaf, namun ternyata dia atau kelompoknya memiliki kebiasaan mengkritisi pemerintah secara terbuka, di mimbar-mimbar jum'at, khutbah hari raya, kultum-kultum, atau di media cetaknya, mengkritisi pemerintahnya secara terbuka, atau melalui demonstrasi-demonstrasi ketahui bahwa dia bukan salafy!.
Lalu bagaimana prinsip kelompok tersebut?, kelompok tersebut berpemahaman khowarij, atau bahasa orang sekarang berpemahaman terorisme radikalisme. Namun jangan kemudian ada pembagian salafy kontra demo dan salafy pro demo, yang seperti ini tidak ada!, salafy hanya satu! Ulama salafy sepakat seluruhnya bahwa mengkritisi pemerintah secara terbuka melalui media-media yang disebutkan di atas, itu adalah prinsipnya khowarij, bukan prinsipnya salaf.
Contoh kedua, komunitas salafy meyakini al-jihad fii sabilillah bagian daripada agamanya Allah, jihad membela agamanya Allah, membela syariat-Nya itu semua merupakan bagian dari agamanya Allah, bagian dari syariat yang Allah perintahkan dalam Al-Qur'an, hanya saja kominutas salafy meyakini bahwa jihad itu hanya boleh dilakukan apabila di bawah kepemimpinan waliyul amr, di bawah kepemimpinan pemerintahnya, di bawah izin pemerintahnya. Komunitas salafy tidak membenarkan dilakukannya jihad di bawah kepemimpinan kelompok-kelompok, ormas-ormas, pondok-pondok pesantren. Sehingga ketika ada satu kelompok atau gerakan yang menyerukan jihad fii sabilillah atas perintah amirnya, atas ketentuan kelompoknya walaupun bertentangan dengan kebijakan pemerintahnya tidak berada dibawah izin dan komando.
pemerintahnya, ketahui bahwa itu bukan salafy bukan juga komunitas salafy, walaupun ternyata ditemukan pada atribut-atribut pelaku perbuatan tadi. jihad yang mereka lakukan sebenarnya adalah teror, ini sebagaimana sering kita bahas, dibahas pula oleh ustadz-ustadz komunitas salafy. walaupun ternyata ketika ditemukan pada pelaku teror ada atribut-atribut salafy, semisal ditemukan kitab karya ulama salafy seperti karya syaikh Abdul Aziz bin Baz ditemukan di tempat kosnya atau rumahnya atau di pondok pesantrennya buku karya syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin, atau ditemukan kitab karya syaikh Nashirudin Al Al-Bani, apakah mereka termasuk salafy? Tidak! Karena mereka telah menyelisihi satu prinsip aqidah dan manhaj salaf dalam perkara jihad fii sabilillah.
Di temukan di laptopnya atau di androidnya pernyataan dia atau pernyataan ulama-ulama salafy yang dia nukil dalam perkara fikih, dalam perkara hijab, dalam perkara manhaj dan macam-macam lainnya, kemudian dikatakan, "wah ini menjadi seorang teroris karena (mengikuti) ulama Salafy" atau dikatakan "ini adalah seorang salafy karena banyak di androidnya atau di laptopnya literatur-literatur ulama salafy seperti syaikh ibnu Utsaimin, Ibn Baz, Sholih Al-Fauzan, Al Al-Bani, Al-Wad'i, Al-Madkholi, namun tidaklah demikian (mereka dikatakan salafy).
Atau kemudian dikatakan "ini salafy tarbiyah yang ini salafy jihadi", dua perkataan yang tidak mungkin dan tidak boleh digabungkan. Jihad yang dilakukan oleh salafy jihadi bukanlah jihad, karena jihad yang mereka klaim bukanlah jihad yang sesuai ketentuan Al-Qur'an dan Sunnah tidak lain itu adalah tindakan teror yang tidak direstui dan tidak dibenarkan oleh Al-Qur'an, Sunnah dan prinsip-prinsip salafy.
Di transkip dari audio "salah paham terhadap Salafy"
0 komentar:
Posting Komentar